Sabtu, 05 November 2011

Menjemput Abad Keemasan Islam

Adalah sebuah keniscayaan akan takdir bahwa kejayaan Islam sebagaimana pernah ada dalam hikayat risalah perjuangan Islam di masa lalu hadir kembali di masa sekarang ini. Sebuah roda perputaran zaman yang terus berjalan dan pada waktunya akan ada titik dimana titik tersebut adalah titik yang penah dijalani sebelumnya, artinya ada saatnya kita akan kembali di masa seperti apa yang pernah terjadi dahulu. Bukanlah tidak mungkin terjadi karena semua hanya perihal rantai kehidupan yang saling berhubungan, terus berputar dan akan kembali pada titik yang serupa. Bahkan sebuah hadits shoheh yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad menyebutkan bahwa periode Annubuwwah (kenabian) akan berlangsung pada umat Islam dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu datang periode Khilafatun ‘ala Minhaj AnNubuwwah (Kekhalifahan atas manhaj kenabian) selama beberapa masa hingga Allah ta’ala mengangkatnya. Kemudian datang periode Mulkan Aadhdhon (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa, selanjutnya datang periode Mulkan Jabbriyyan (penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’ala, setelah itu akan terulang kembali periode Khilafatun ‘ala Minhaj AnNubuwwah. Maka adalah sebuah kepastian bahwa kejayaan itu akan terulang kembali.
Tentulah kita masih ingat bagaimana kemudian Islam menjadi sebuah peradaban yang luar biasa, peradaban yang membuat Romawi, Persia, Yunani dan peradaban Barat lainnya menjadi gentar dan bahkan terkagum-kagum. Dengan kemurnian ajaran agama serta kepribadian Rasulullah sebagai pemimpin umat kala itu menjadikan Islam sebagai pusat kekuatan, pusat ajaran dan bahkan pusat peradaban. Bahkan masa-masa setelah itu, Islam menjadi center of references bagi masyarakat Barat dalam berbagai konsep ajaran filosofi keagamaan, keilmuan, prinsip hidup bahkan ketokohan. Kejayaan Islam kala itu bertahan sebagai sebuah konsep khilafah islamiyah sampai sejarah runtuhnya kekhalifahan Turki Usmani, tepatnya dimulai sejak 3 Maret 1942 ketika Mustafa Kemal Pasha memproklamirkan pembubaran pemerintahan Islam tersebut. Dan sejak saat itulah Islam bertransformasi menjadi bentuk yang berbeda dalam mengusung peradaban manusia.
Islam bukan hanya sebagai sebuah agama yang lekat dan sarat akan aktivitas ritual keagamaannya, tapi lebih dari itu, Islam adalah konsep hidup bukan hanya bagi umat Islam itu sendiri tapi bagi seluruh umat manusia. Sebagaimana Islam datang dan diperuntukkan sebagai rahmatan lil alamin, anugerah bagi seluruh alam yang meliputi seluruh umat dan kehidupan. Bahkan, untuk saat ini, Islam menjadi salah satu peradaban yang disegani oleh peradaban Barat. Hal tersebut terbukti dengan berbagai fakta dan ramalan berbagai pihak Barat akan bangkitnya Islam di dunia. National Intellegence Council (NIC) dalam Mapping Global Future (pemetaan masa depan dunia) yang dikeluarkan sekitar Desember 2004 silam menyebutkan bahwa a New Chaliphate, berdirinya kembali khilafah Islam, sebuah pemerintahan Islam global yang mampu memberikan tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai global. Tegaknya khilafah adalah pertanda kebangkitan dan kemenangan Islam akan segera terwujud. Tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi mereka dan sebuah keharusan yang harus diwujudkan oleh kita umat Islam.
Khilafah (kepemimpinan) dalam konteks sebuah persamaan visi, satu komando dan keharmonisan hati atau singkatnya persaudaraan lintas batas adalah konteks khilafah yang sekarang tengah terjadi. Umat Islam sedunia saling mendukung dan menyemangati dalam berbagai hal meskipun tidak ada lagi kekhalifahan Islam seperti masa Rasulullah dan para sahabat. Tidak peduli dari masa asal negaranya, Negara Islamkah, Kerajaankah, Republikkah, Arabkah, Baratkah, atau Timurkah, selama beragama Islam kita saling mendukung satu sama lain. Kemudian dari manakah kebangkitan Islam tersebut muncul? Mungkinkah kebangkitan ini muncul dari Indonesia?

Indonesia, Rahmat Islam Seluruh Alam
Negara dengan penduduk sekitar 88% beragama Islam menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara bukan pemerintahan Islam namun mampu mentransformasikan nilai-nilai keislaman ke setiap sendi-sendi kenegaraan dan kebangsaanya. Potensi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki sekitar 17.508 pulau disebut sebagai Nusantara (Kepulauan Antara) dan jumlah penduduk sekitar 237.556.363 pada 2010 seharusnya mampu menjadi salah satu pendukung bagi kebangkitan Islam di dunia saat ini. Dengan berbagai permasalahan yang tengah dihadapi Indonesia, pernah pula dihadapi umat Islam dalam masa-masa dinasti khilafah islamiyah dahulu. Menurut beberapa pendapat pakar di Indonesia, krisis ekonomi yang terjadi sejak akhir tahun 1997 dengan demikian jelas menimbulkan dampak-dampak signifikan terhadap perkembangan Islam di negeri ini. Perkembangan tersebut akan terus berlanjut mengikuti perkembangan zaman yang semakin jauh dari nilai-nilai agama dimana kemajuan zaman semakin membuat manusia kehilangan jati dirinya dan “kekacauan” karena sistem yang sangat sekuler. Lebih dari itu berlarut-larutnya krisi ekonomi yang terjadi membukakan kenyataan tidak hanya rapuhnya “kelas menengah Muslim” tetapi juga bahkan ekonomi dan juga politik Indonesia ketika berhadapan dengan globalisasi (Azra: 1999). Sementara itu para pengamat pernah memprediksi bahwa jika ada “kebangkitan Islam”, maka kebangkitan Islam itu akan terjadi di Indonesia atau Malaysia, atau tepatnya di Asia Tenggara. Menurut Azumardi Azra dengan berlanjutnya krisis ekonomi, politik, dan sosial di Indonesia, maka prediksi tersebut agaknya perlu dikaji kembali. Namun variable-variabel krisis tersebut dapat diabaikan atau jangan terlalu dibuat sebagai suatu problematika bagi kebangkita Islam. Karena pada hakekatnya krisis tersebut terjadi karena sistem yang tidak harmonis antara manusia, kehidupan, dan lingkungannya.
Mengenai akan adanya kebangkitan/revivalisasi Islam ini, terdapat suatu pendapat yang sangat mencolok seperti yang dikemukakan oleh Sameul P. Hutington dalam sebuah buknya yang berjudul The Clash of Civilization and The Remaking of World Order mengatakan bahwa akan terjadi suatu benturan peradaban antara Islam dan Barat (baca: Amerika Serikat) setelah perseturuan dan perselisihan ideologi yang sebelumnya antara Barat, yang liberal kapitalis, dengan Komunis yang dianggap diktator otoritarian. Lanjutnya bahwa musuh kedua Barat setelah Komunis runtuh adalah Islam dan konfusianis (baca: Republik Rakyat Cina). Tesisnya mengenai benturan peradaban antara Islam dan Barat didasari oleh beberapa asusmsi dan konflik yang terjadi diataranya sebagai berikut: (1) Term la Guerra fria merupakan istilah yang digunakan oleh orang-oranag Spanyol abad XII untuk melukiskan hubungan yang tidak menyenangkan antara mereka dengan umat Islam Mediteranian, dan pada tahun 19990-an, sebagian orang melihatnya sebagai perang dingin perdaban yang kemudian kembali terulang antara Barat dengan Islam saat ini. Kemudian (2) Islam adalah satu-satunya peradaban yang mampu membuat Barat selalu berada dalam keraguan antara hidup dan mati, dan ia telah melakukannya, setidak-tidaknya dua kali yaitu ketika Khilafah Turki Utsmani melemahkan kekuatan Byzantyum dan menaklukan sebagian wilayah Balkan serta Afrika Utara, serta mengepung Konsatatinopel pada tahun 1453, kemudian pada tahun 1529 menyerbu Wina; (3) bahwa 50% dari seluruh penyerangan yang terjadi di berbagai negara antara tahun 1820 sampai dengan 1929 merupakan perang agama antara Islam dan Kristen. Selanjutnya Hatington mengatakan (4) konflik, di satu pihak disebabkan adanya perbedaan konsep dasar Islam, terutama menyangkut pandangan hidup, mentransendensikan dan menyatukan antara agama dan politik versus konsep Kristen yang memisahkan Tuhan dengan Kasiar.
Selanjutnya (5) tingakatan konflik antara Islam dengan Kristen sesanantiasa dipengaruhi oleh siklus pertumbuhan penduduk, kemajuan ekonomi, perubahan teknologi, dan intensitas komitmen keagamaan; (6) selama Islam tetap sebagai Islam, Barat tetap Barat, konflik fundamental antara dua peradaban besar dan dua way of life ini akan terus terjadi di masa yang akan datang sebagimana ia pernah terjadi empat belas abad yang lalu; (6) bahkan selama 15 tahun, antara tahun 1980-1995, menurut Departemen Keamanan AS, Amerika Serikat telah melakukan tujuh belas kali operasi militer di Timur Tengah, seluruhnya diarahkan untuk menyerang Islam. Tidak pernah dilakukan bentuk-bentuk operasi militer AS yang demikian itu terhadap peradaba-peradaban lain; dan (6) bagi Barat yang menjadi ganjalan utama bukanlah fundamentalisme Islam, tetapi Islam itu sendiri, sebuah peradaban yang masyarakatnya berbeda dengan kebudayaan yang mereka yakini memiliki keunggulan dan terobsesi dengan inferioritas kekuatan mereka.
Hal tersebut sudah cukup membuktikan bahwa Islam benar-benar akan kembali bersinar seperti sinar mentari yang menginspirasi semua kalangan umat manusia dan terbukti memberikan kontribusi nyata bagi kehidupan. Dengan segala potensi yang ada, Indonesia adalah negara yang sangat mungkin memimpin kebangkitan Islam. The Golden Age akan kembali dari negara dengan muslim terbesar di dunia. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Azra bahwa pengalaman Islam di Indonesia dalam [dua] dasawarsa terakhir membuat kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Islam tidaklah mengalami kebangkrutan dalam proses modernisasi. Seperti yang diketahui, banyak ahli seperti Donal E. Smith, Robert Bellah atau pakar/pendeta Protestan semacam Harvey Cox berteori bahwa agama akan mengalami kebangkrutan dan tersingkir dalam kehidupan masyarakat yang semakin teknokratis dan impersonal tidak lagi memerlukan agama, dan bahkan harus disingkirkan karena dianggap menghalangi modernisasi.
Bahkan meskipun dengan penduduk dengan mayoritas beragama Islam, Indonesia adalah negara yang paling toleran di dunia. Pemerintah Indonesia juga sangat menjunjung tinggi toleransi antarumat beragama, khususnya pemeluk agama minoritas. Karena itu salah besar jika ada tudingan bahwa agama Islam tidak menghargai perbedaan dan bersikap semena-mena terhadap penganut agama non-Islam. Sebagai contoh, bahwa pemerintah Indonesia selalu memberikan tanggal merah setiap perayaan hari raya agama non-Islam. Itu adalah bukti yang tidak bisa dibantah bahwa toleransi antarumat beragama dijunjung tinggi di Indonesa.

Tahun 2042
Akan datang suatu masa, dimana generasi dan kejayaan Islam akan
 kembali hadir dalam setiap seratus tahun – (Hadits)

Mungkin banyak pihak yang meragukan hadits mengenai kebangkitan Islam tersebut atau bahkan menyatakan bahwa itu hanya sekedar opini semata. Tapi hemat penulis, meskipun ungkapan tersebut hanya sebuah opini paling tidak mampu membangkitkan kembali ghiroh islamiyah kita dalam menjemput kejayaan Islam tersebut. Sebagaimana firman Allah bahwa Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum kaum tersebut merubah diri mereka sendiri. Begitu pula dengan kita, umat Islam, yang tengah mengharapkan kebangkitan kembali peradaban Islam yang gemilang.
Dari tahun ke tahun penduduk dunia yang memeluk agama Islam semakin bertambah. Hal tersebut sudah menunjukkan kepada kita bahwa akan tiba masanya Islam akan menjadi rahmat bagi seluruh alam, seluruh umat manusia. Bahkan salah satu lembaga Kristen Internasional, World Christian Ancyclopedia pada tahun 1982 mengatakan bahwa sebagai hasil kenaikan jumlah penduduk yang luar biasa, jumlah pemeluk agama Islam terus mengalami kenaikan secara dramatis, dan mencapai sekitar 20% dari seluruh penduduk dunia pada peralihan abad ke-20, yang beberapa tahun kemudian, akan mencapai kurang lebih 30% dari seluruh penduduk dunia pada tahun 2025. Lantas kemudian, kapan tepatnya kejayaan Islam itu benar-benar bangkit?
Penulis berasumsi, berdasarkan hadits yang disebutkan di atas dimana akan ada regenerasi setiap seratus tahun. Berdasarkan beberapa pendapat ulama bahkan seratus tahun tersebut dihitung sejak keruntuhan kekhalifahan Turki Utsmani pada tahun 1942, maka secara hitung-hitungan matematis, tahun 2042 akan menjadi sebuah Golden Age bagi kebangkitan Islam di dunia. Namun bukan berarti sebelum tahun 2042 Islam tidak akan maju dan bangkit, justru tahun-tahun sebelum tahun tersebutlah dimulainya kejayaan Islam dengan berbagai bukti kebangkitannya di setiap negara di dunia termasuk di Indonesia.
Nampaknya euforia kebangkitan Islam akan terus berlanjut sampai tahun-tahun berikutnya terutama di Indonesia dengan berbagai potensinya yang memungkinkan Islam bangkit dari negara ini. Hal ini bukanlah ramalan yang dengan kita menunggu tanpa mengupayakan sesutu akan terwujud, melainkan adalah sebuah takdir yang wajib dipenuhi oleh kita sebagai umat Islam yang percaya akan kebangkitan Islam di masa mendatang.




Naskah Esai Islami Tingkat Nasional
Juara III Lomba Esai Islami KIFS UNNES Tahun 2011
Ridwan Arifin (ridwanarifin89@ymail.com)

0 komentar:

Posting Komentar